
TIONGHOA BANJAR
(Peran dan Kiprahnya dalam Lintasan Sejarah)
Tim Penulis: Mansyur, Sandi Firly, Mursalin (Arlong), Humaidy Abbussami, Sugiharto Hendrata Kuswono, Maria Roeslie, Abdani Solihin, Arif Rahman Hakim, Wadarta Jong, Noorhalis Majid
***
Jejak sejarah kedatangannya sangat banyak sekali. Bukan hanya yang tertulis, atau tersebut dalam Hikayat Banjar, jauh sebelum Indonesia ada, dan bahkan kerajaan Banjar ada, Tionghoa sudah mendiami sejumlah tempat. Berbagai bukti menggambarkan keberadaannya, membaur dan menjadi bagian tak terpisahkan dari Banjar itu sendiri. Apalagi bila dikaitkan dengan arsitektur bangunan, budaya, tradisi, piring dan guci keramik yang tersebar hingga ke pedalaman, juga kuliner yang menyatu dalam cita rasa masakan banjar. Karenanya, betapa sayang bila tidak ada satu pun tulisan mengisahkan semua itu. Memang selama ini sangat terbatas sumber tulisan, yang mampu menceritakan secara jujur keberadaannya. Buku ini berikhtiar memulai, tentu masih banyak kekurangannya. Menggali berbagai sumber lisan dan tulisan, termasuk mendokumentasikan berbagai peninggalan, agar menjadi cerita dan pembelajaran. Semua isi buku ini, mengisahkan keberadaan Tionghoa di Tanah Banjar.
***
Selama ini dapat dikatakan hampir tak ada buku atau tulisan tentang Tionghoa Banjar. Buku ini membuka mata kita tentang peran, ragam, karakter, dan sumbangsih Tionghoa Banjar, bukan hanya dalam memajukan Kalimantan Selatan, tapi juga membentuk Indonesia. Salah satunya peran Liem Koen Hian, sorang wartawan dan tokoh politik era Hindia Belanda, berperan dalam BPUPK saat mempersiapkan kemerdekaan Republik Indonesia. Buku ini menjelaskan bahwa orang Tionghoa datang ke Nusantara, bukan sekadar menjadi economic animal, mencari keuntungan semata dari upaya berdagang sebagaimana gambaran Tionghoa di era Orde Baru. Hikayat Banjar menyebutkan, sejak Abad XIII orang Tionghoa telah datang ke Kalimantan Selatan. Berinteraksi secara intens, membangun kedekatan dengan masyarakat setempat. Budaya baru muncul sebagai bagian dari proses akulturasi budaya antara keduanya. Jangan heran, di Tanah Banjar saat ini kita masih bisa menyaksikan sebagaian dari jejak masa lalu itu, termasuk peran sejumlah tokoh Tionghoa Banjar yang aktif di berbagai bidang. Sebagian dari mereka juga adalah tokoh Islam yang menyatu dengan masyarakat dan budaya Banjar. Sungguh, buku ini luar biasa !
Yosep Adi Prasetyo (Ketua Dewan Pers 2016-2019, Wakil Ketua Komnas HAM 2007-2012).